Posted by : Unknown Kamis, 12 Juni 2014



cerpen karya Esti P. Ini mengisahkan tentang kehidupan metropolitan seorang wanita. Dengan penggunaan bahasa yang tinggi, cerpen bukanlah karya yang bisa langsung diterima oleh pikiran, melainkan harus dicerna baik-baik karena banyak sekali kalimat ambigu di dalam cerpen ini. Penulis memakai kata “Bercinta” sebagai kata kiasan yang bermakna melebih-lebihkan pekerjaan yang dilakukan.
Memang, jika orang yang belum paham betul tentang sastra indonesia membaca cerpen ini, pasti mereka akan berfikir bahwa cerpen ini adalah cerpen dewasa. Padahal, jika kita mengamati dengan seksama, tidak ada sama sekali unsur dewasa dalam cerpen ini. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama belajar untuk lebih memperhatikan hal-hal yang detail
Berikut contoh cerpen beserta naskah drama yang juga diadaptasi dari cerpen ini

BERCINTA
 
Aku bercinta dalam kesunyian yang panjang, dalam waktu yang membunuh detik tanpa pilu, bercinta dengan gemerlap malam, dengan bintang-bintang yang tertindih bulan, dengan nafas kerinduan yang merintih, dengan kata tanpa makna yang aku tak pernah tau...
Aku bercinta dengan diriku, sunyi itu kembali merapat dalam mata yang merindu, aku sedang bercinta dalam damai...dengan jiwaku..
***
Lelaki itu datang menghampiriku, matanya bersinar seperti bulan purnama, aku sibuk dengan laptop di meja kerjaku
“I Love You,” katanya datar padaku sambil berbisik.
Aku tersenyum, dirinya datang kembali ke meja kerjaku
“Pacarku,” katanya sambil menunjukan foto lelaki dengan topi hitamnya.
Aku diam, lalu menjawabnya “pacar apa suami?”
Dia membalasnya
“Suami..hahahaha,” dia tertawa sambil menutup mulutnya.
“Lelaki menikah dengan lelaki?” kataku lagi.
“Nikmat,” jawabnya riang.
“Apanya?” balasku.
“hahahahahaha” Lalu kami tertawa bersama.
Lelaki itu, bercinta dengan dirinya sendiri, dengan rindu yang mungkin tak pernah dia lukis dalam kanvas. Aku menatapnya dari kejauhan perlahan, matanya masih terpaku menatapku, bibirku tersenyum. Lelaki itu bercinta dalam rindu tanpa makna, yang mungkin tak pernah dapat dia rasakan itu dalam dunia nyata...
Dia...
Telah bercinta dengan kerinduannya, keluar dari kodrat yang sesungguhnya..
***
Pagi ini, mentari datang dengan kicauan burung yang menari, aku lupa tadi malam, suara apa yang kudengar kala bercinta, bercinta dalam damai dengan jiwa tanpa kata, yang pasti aku telah mampu melukisnya, meski jejaknya hilang tanpa jeda.
Demontrasi menghadang jalan utama, aku melirik arlojiku, telat satu jam sepuluh menit. Aku melihat para demonstran yang berteriak dengan kata untuk para pemilik tahta.
Mereka telah bercinta, bercinta dengan kerinduan akan kebebasan bersuara, bercinta dengan jiwa-jiwa yang tenang namun berkuasa.
Mereka bercinta, dengan terik matahari pada suara-suara gaduh tanpa peluh. Tanpa nafas yang tercekat dan lelah, mereka bercinta dengan kebebasan, dengan kerinduan akan keinginan dan harapan.
***
Bintang menari-nari dalam pelupuk surya yang tenggelam, tak ada kata, mobil-mobil mewah itu terhenti dalam rumah yang tak lagi mewah.
Di dalamnya puluhan wanita telah bercinta dengan kepalsuan mereka, dengan gincu yang melekat pada bibir yang mendesah dengan peluh, tak ada lagi hasrat, tak ada lagi cinta, karena mereka telah bercinta, dengan kepalsuan tanpa kata-kata.
Suara musik pelipur lara, puluhan wanita itu menggoyangkan pinggul mereka menikmati indahnya dunia. Mereka sadar, bahwa mereka telah bercinta, dengan tangis tanpa airmata.
***
Suara hentakan kaki pada tangga-tangga di pusat perbelanjaan itu,  memekakkan telinga. Mungkin bukan telinga mereka atau kita, namun telinga para penjaga yang telah bercinta dengan dinginnya malam dibawah kolong langit tanpa atap.
Bercinta dengan keinginan yang tak perlu, bercinta dengan hasrat yang juga tak pernah ada sebelumnya.
Bercinta dengan lorong-lorong dalam terangnya cahaya, mereka telah bercinta, dalam kemewahan berbalut keinginan tanpa tembok pembatas yang pernah ada sebelumnya.
***
“Permisi” kata perempuan cantik dengan rambut hitam sebahunya.
Lelaki itu menatapnya lalu mempersilahkannya masuk
“Apa kabar?” kata lelaki itu sambil menggoyangkan penanya.
“Baik pak” jawab perempuan itu datar
Mereka terdiam, bercinta dengan pikirannya, dengan kerinduannya yang datang tanpa suara
“Aku merindukanmu” kata lelaki itu berbisik dalam batinnya
“Aku juga” perempuan itu menatap tangan lelaki itu yang terus menggoyangkan penanya.
Mereka telah bercinta, bercinta dalam jiwa yang menari-nari dengan dinding pembatas. Bercinta dengan kata tanpa kejujuran, dengan area yang terlindungi, dengan sisi rasional yang berjalan berdampingan dengan sisi dramatis.
“Aku mencintaimu” nyaris tanpa suara keduanya berkata-kata.
Lelaki itu menyerahkan filenya, lalu perempuan itu berjalan keluar ruangan menuju mejanya.
“Hati-hati” kata si lelaki
Perempuan itu menunduk tanpa kata, menghampiri mejanya, lalu mengambil ponselnya dan mengirimkan sms untuk sahabatnya
To:
Sahabatku
+62816170xxxxx
08: 35 WIB
Aku bahagia,hari ini bertemu dengannya,  meski hanya sebentar. Aku bahagia melihatnya bahagia.  Aku mengerti ini hasrat yang harus aku hapus, Meski sulit, namun aku yakin aku mampu. Ada hati yang akan tersakiti jika aku maju tanpa jeda. Aku bukan miliknya, Dia bukan milikku. Tuhan tidak mempertemukan kita disaat yang tepat. Aku sadar itu. Apa benar aku harus melangkah pergi?
Perempuan itu menghapus airmatanya, menghapus hasratnya untuk bercinta dengan kerinduannya, dengan jiwa yang mungkin tak termiliki hari ini. Dengan keinginan yang datang lalu tak jua dapat pergi. Perempuan itu telah bercinta, bercinta dengan hatinya, melawan keinginannya.
***
Rindu memanggil dari kejauhan, setitik air turun dari langit membasahi bumi. Perempuan itu menatap lelaki yang terbaring disampingnya.
“Bagaimana kau dapat hidup dengan laki-laki yang tidak pernah kau cintai? Bertahun-tahun... menemaninya... memahami dan merawatnya? “ pertanyaan itu muncul di benak perempuan yang menatap laki-laki yang terbaring disampingnya hingga terlelap tanpa kata.
Tak lama datang seseorang yang sangat dinantikannya...
“Kau..” kata perempuan itu lemah
Lalu lelaki itu tersenyum
“Kemarilah..” lelaki itu menjawabnya, sambil membentangkan tangannya
Perempuan itu datang menghampirinya...memeluknya, mereka terbenam dalam dekapan kerinduan.
“Kemana kau?...” perempuan itu melanjutkan kata-katanya.
“Aku disini, dihatimu, bersama disetiap langkahmu...” lalu mereka saling memandang, terdiam bersama keheningan malam.
Mereka telah bercinta, bersama mimpi-mimpi mereka yang mungkin saja tertunda. Perempuan itu bercinta dengan bintang yang akan menjadi matahari, dengan mimpi yang tak akan menjadi nyata, dengan impiannya. Lelaki itu hanya mimpinya, belahan hatinya, serpihan dari tulang rusuknya yang belum disatukan Tuhan.
***
“Aku butuh kau, sekarang!” perempuan itu menutup ponselnya
Mereka bertemu di kedai kopi, menghirup secangkir kopi panas dengan aromanya yang khas.
“Aku bertemu sayed” kata perempuan itu antusias
“Lalu?” kataku
“Aku lepas kendali, aku membiarkan segalanya terjadi” perempuan itu menatapku dalam.
Airmataku tiba-tiba jatuh...menetes tepat pada secangkir kopi hangat.
“Kau mengerti maksudku?” katanya kemudian
“Hamil?” jawabku
Perempuan itu menggeleng...
“Aku berdosa pada suamiku, namun kau mengerti, aku tak pernah mencintainya!” katanya meyakinkanku
“Rasyid” mataku tertuju padanya
“Anak itu masih terlalu kecil untuk memahaminya” jawabnya datar
“Kau akan memperjuangkannya?” tanyaku menatapnya
“Ya, aku mencintainya, aku akan mengurus segalanya, sayed menungguku hingga segalanya selesai!” jawabnya yakin
Lalu aku tersenyum...
Perempuan itu, mengejar cintanya, dia telah bercinta dengan realita, dengan nyata yang tak mudah dapat diraihnya...
Lelaki itu telah bercinta..dengan cinta yang rumit, tapi dia memperjuangkannya. Dia telah bercinta, dengan realita.
***
From: 0811xxxxxxx
06.35 WIB
Halo
Aku membaca empat huruf itu lalu aku meletakkan ponselku ketempat semula.
Tak lama aku membasuh wajahku, dengan air wudhu. Berkeluh kesah dengan sang Maha Pencipta adalah obat paling mujarab meluapkan rasa. Kerinduan dan kekecewaan...
Aku kembali ke mejaku, melihat layarnya, panggilan tak terjawab.
“Pentingkah orang sepertinya menghubungiku? “ aku bertanya-tanya pada benakku, teriris pilu.
Aku kembali menghubunginya
“ada apa?” kataku datar
“Heiiii” jawabnya
“Iya ada perlu apa?” kataku kembali
“Kok, suaranya gitu!” jawabnya
“Harus bagaimana” aku menjawabnya
“biasanya ramah” dirinya mencoba mencairkan suasana
“ada keperluan apa?” kataku kembali
“Aku ada masalah, bisakah kita bertemu?” jawabnya datar
“Aku di Surabaya, seminggu lagi kembali, masalah apa?” aku masih saja datar.
“Apa anggota keluargaku ada yang menghubungimu?” katanya penuh tanya.
“Tidak” jawabku
“Baiklah, aku akan menghubungimu kembali” kata lelaki itu.
Aku menutup ponselku.
“ Apa lagi yang dia inginkan? Aku bukan siapa-siapa yang patut dia khawatirkan akan merusak hidupnya atau kehidupan rumah tangganya. Aku hanya perempuan biasa yang berjuang hidup untuk keluargaku dan kebetulan hatiku pernah memilihnya” aku berkata dengan diriku sendiri,membenamkan mimpi-mimpiku.
Ponselku kembali berdering..
“Anakku pergi, setelah membaca BBM kita” katanya
“Kita?” aku terbenam dalam pikiranku tanpa suara
“Memang apa yang salah dengan kita, aku tak pernah menggodamu meski dengan kata-kata dalam Blackberry Messanger” aku kembali berkata dalam pikiranku.
“Aku tegaskan sekali lagi, apa keluargaku pernah ada yang menghubungimu!” katanya padaku
Hatiku kembali tergores, kali ini letaknya sangat dalam...
“Paapaaaaa” aku memanggil lelaki itu dari kejauhan
Aku melupakan wajahnya, namun aku tak akan melupakan cintanya, kasih sayangnya.
Lelaki itu memelukku erat, tangannya meraih wajahku
“Aku mencintaimu nak, jaga adik-adikmu, jaga mama, jadilah anak yang baik” katanya perlahan sambil mencium keningku.
Aku melihat punggungnya menghilang perlahan...
Sepuluh tahun silam...
“Aku ingin menegaskan, apa keluargaku ada yang menghubungimu!” katanya kembali membuatku tersentak dari lamunanku
“Tidak” jawabku kepadanya
“memang kenyataannya seperti itu” aku berkata-kata dengan pikiranku sendiri
“Bawa dia pulang,aku yakin kau ayah yang hebat” kataku
“Baiklah... terima kasih ya” katanya sambil menutup ponselnya.
“Sampaikan salam sayangku untuknya” aku berkata dengannya tanpa kata-kata.
“Aku adalah seorang anak pernah merasakan, ayahnya pergi dengan perempuan lain dan tak pernah kembali. Kau tau? Aku tidak akan pernah membuat anak-anak lain merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan..tidak akan!” aku berkutat dengan pikiranku.

Aku menghapus sisa airmata yang menetes tepat jatuh di pelupuk mataku...
Aku menghapus mimpi-mimpiku, bercinta dengan kerinduan dan angin yang menghempas kehadapanku, menyampaikan kabarnya atau sepotong doaku untuknya.
Aku menghempaskan nafasku, bercinta dengan hatiku, bercinta dengan kapas-kapas dilangit yang jika aku menatapnya, aku mampu melihatnya atau bahkan menyentuhnya, dengan hatiku.
Aku telah bercinta...dengan bayangan bahwa dia nyata. Melepas janji-janji yang mungkin tak akan pernah terlupa...
Selamat Jalan cinta..
Mulai saat ini kita bercinta bersama mimpi-mimpi kita di alam yang tak nyata.
***
“Sah!” suara tamu undangan memecah kesunyian
Sepasang insan yang telah dipersatukan tulang rusuknya oleh Tuhan saling menatap bahagia.
Malam telah larut, bintang berpendar, bumi bergejolak..seperti gejolak nafas kedua insan yang telah bersatu dalam keindahan..
Mereka telah bercinta...
Bercinta dalam arti yang sesungguhnya
***

Tamat
Surabaya – GA 323 Mendarat di Jakarta
Mei
2013


NASKAH DRAMA “BERCINTA”

#Pembukaan

Aku bercinta dalam kesunyian yang panjang, dalam waktu yang membunuh detik tanpa pilu, bercinta dengan gemerlap malam, dengan bintang-bintang yang tertindih bulan, dengan nafas kerinduan yang merintih, dengan kata tanpa makna yang aku tak pernah tau...
Aku bercinta dengan diriku, sunyi itu kembali merapat dalam mata yang merindu, aku sedang bercinta dalam damai...dengan jiwaku..

Eki : (datang menghampiri Maya dan bebisik) I love you!

Maya : hmm (tersenyum sambil memandang kearah Eki)

Eki : ini pacarku (menunjukkan foto seorang lelaki bertopi hitam)

Maya : mm.. pacar apa suami? (menggoda)

Eki : ya suami lah.... hahaha

Maya : lelaki menikah dengan lelaki?

Emangnya enak?

Eki : jelaslah, Nikmat!

Maya : nikmat apanya ?

Eki : apanya ya? Tau sendirilah

Eki + Maya : hahahahaha...

Lelaki itu, bercinta dengan dirinya sendiri, dengan rindu yang mungkin tak pernah dia lukis dalam kanvas. Dia... Telah bercinta dengan kerinduannya, keluar dari kodrat yang sesungguhnya..
.........

Pagi ini, mentari datang dengan kicauan burung yang menari, aku lupa tadi malam, suara apa yang kudengar kala bercinta, bercinta dalam damai dengan jiwa tanpa kata, yang pasti aku telah mampu melukisnya, meski jejaknya hilang tanpa jeda

Maya : (menyetir mobil) Sial! Dasar demonstran kurang kerjaan. Bisanya Cuma demo saja! Ah! aku telat satu jam

Maya : (melirik keluar jendela mobil)
sedang demo apa sih mereka?

Demonstran 1 : pecat Ratu Atut dari kursi gubernur!

Demonstran 2 : kalau perlu, bakar saja hidup-hidup dia!
Mereka telah bercinta, bercinta dengan kerinduan akan kebebasan bersuara, bercinta dengan jiwa-jiwa yang tenang namun berkuasa. Mereka bercinta, dengan terik matahari pada suara-suara gaduh tanpa peluh. Tanpa nafas yang tercekat dan lelah, mereka bercinta dengan kebebasan, dengan kerinduan akan keinginan dan harapan.
Bintang menari-nari dalam pelupuk surya yang tenggelam, tak ada kata, mobil-mobil mewah itu terhenti dalam rumah yang tak lagi mewah.
Maya : (masuk ke tempat hiburan di mall) hai Angie
Angie : hai maya. Kenapa kau datang ke tempat terkutuk seperti ini?
Maya : tidak, hanya sekedar mengunjungi teman saja. Ngomong-ngomong, bagaimana pekerjaanmu disini
Angie : baik. Lagipula aku sudah punya pelanggan tetap
Maya : (sedikit canggung) apakah kau nyaman dengan pekerjaanmu?
Angie : kenapa kau tanyakan itu?
Maya : tidak apa-apa, hanya sekedar pertanyaan kepada sahabat masa kecilku.apakah kau menyukainya?
Angie : suka? Coba kau tanyakan pada semua perempuan yang ada disini, pasti jawabannya akan sama. Mereka bekerja disini bukan karena mereka suka, tetapi karena mereka butuh uang. Mereka sengaja memajang wajah cantiknya yang berupa kepalsuan, padahal jiwanya sudah hancur dihantam berkali-kali
Maya : lalu bagaimana denganmu? Apakah kau juga terkena pengaruh hantaman tersebut
Angie : entahlah, yang bisa menilai bukanlah aku, melainkan orang lain. Menurutmu?
Maya : (berusaha menutup-nutupi) kau masih tetap cantik, dan aku masih tetap iri padamu
Angie : terimakasih
Suara musik pelipur lara, puluhan wanita itu menggoyangkan pinggul mereka menikmati indahnya dunia. Mereka sadar, bahwa mereka telah bercinta, dengan tangis tanpa airmata.
..........
Suara hentakan kaki pada tangga-tangga di pusat perbelanjaan itu,  memekakkan telinga. Mungkin bukan telinga mereka atau kita, namun telinga para penjaga yang telah bercinta dengan dinginnya malam dibawah kolong langit tanpa atap.
Bercinta dengan keinginan yang tak perlu, bercinta dengan hasrat yang juga tak pernah ada sebelumnya.


Maya : (keluar dari tempat hiburan di mall) disini dingin sekali. Mungkin karena udara malam
Pengemis : tolong seikhlasnya mbak, saya hari ini belum makan
Maya : saya punya ini, ini bu (sambil memberikan kebab yang barusan dibelinya)
Pengemis : terimakasih nak. Saya iri sama kamu nak. Bisa beli makanan yang enak-enak. Sedangkan saya, beli makanan biasa saja belum tentu bisa. Saya daridulu ingin sekali menjad orang kaya. Mbak ini sangat beruntung
Maya : tidak bu, mungkin ibu yang lebih beruntung. Karena ibu lebih bijak dari saya. Ini kota metropolitan bu. Masalah saya mungkin jauh lebih rumit dari masalah ibu
Pengemis : (masih bingung dengan perkataan barusan)
Maya : kalau begitu saya pergi dulu bu...
...........
Tok,tok,tok. Suara pintu yang dipukul beberapa kali..
Apin : masuk!
Maya : (membuka pintu) selamat siang pak
Apin : (menatap sejenak) siang. Silahkan duduk
Maya : terimakasih pak
Apin : apa kabar
Maya : baik pak
(terdiam, saling menatap sambil menulis)
Aping : (berbicara dalam hati) aku merindukanmu
Maya : (berbicara dalam hati sambil menatap ayunan tangan Apin) aku juga merindukanmu
Mereka telah bercinta, bercinta dalam jiwa yang menari-nari dengan dinding pembatas. Bercinta dengan kata tanpa kejujuran, dengan area yang terlindungi, dengan sisi rasional yang berjalan berdampingan dengan sisi dramatis.

Apin + Maya : (berbisik nyaris terdengar) aku mencintaimu
Apin : ini filenya
Maya : terimakasih
Apin : (berbisik) hati-hati
Perempuan itu menunduk tanpa kata, menghampiri mejanya, lalu mengambil ponselnya dan mengirimkan sms untuk sahabatnyaTo:
Sahabatku
+62816170xxxxx
08: 35 WIB
Aku bahagia,hari ini bertemu dengannya,  meski hanya sebentar. Aku bahagia melihatnya bahagia.  Aku mengerti ini hasrat yang harus aku hapus, Meski sulit, namun aku yakin aku mampu. Ada hati yang akan tersakiti jika aku maju tanpa jeda. Aku bukan miliknya, Dia bukan milikku. Tuhan tidak mempertemukan kita disaat yang tepat. Aku sadar itu. Apa benar aku harus melangkah pergi?
...............
Maya : (menatap Eki disebelahnya, di tempat tidur) bagaimana aku bisa idup dengan laki-laki yang tidak pernah kucintai....bertahun-tahun.... menemaninya... memahaminya.... dan merawatnya
pertanyaan itu muncul di benak perempuan yang menatap laki-laki yang terbaring disampingnya hingga terlelap tanpa kata.
Maya : kau!...
Apin : (tersenyum) kemari!
Maya : dimana kau?
Apin : aku disini, dihatimu, bersama disetiap langkahmu..
Mereka telah bercinta, bersama mimpi-mimpi mereka yang mungkin saja tertunda. Perempuan itu bercinta dengan bintang yang akan menjadi matahari, dengan mimpi yang tak akan menjadi nyata, dengan impiannya. Lelaki itu hanya mimpinya, belahan hatinya, serpihan dari tulang rusuknya yang belum disatukan Tuhan.
..............
Maya : (mengirim SMS) aku butuh kau! Sekarang!
Mereka bertemu di kedai kopi, menghirup secangkir kopi panas dengan aromanya yang khas.
Maya : aku bertemu Apin
Angie : lalu?
Maya : aku lepas kendali, aku membiarkan semuanya terjadi begitu saja
Angie : apa!
Maya : kau mengerti maksudku kan?
Angie : hamil?
Maya : bukan
Angie : lalu apa?
Maya : aku telah berdosa pada suamiku. Kau tahu aku tidak pernah mencintainya. Sebenarnya, aku ingin mencerakan Eki, daripada hati ini semakin bimbang
Angie : bagaimana dengan Gaby, anakmu? Dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan pahit ini
Maya : Gaby, aku sayang padanya. itu sebabnya akan kuperjuangkan dia di pengadilan nanti. Apin masih menungguku hingga masalah ini selesai
Perempuan itu, mengejar cintanya, dia telah bercinta dengan realita, dengan nyata yang tak mudah dapat diraihnya...
Lelaki itu telah bercinta..dengan cinta yang rumit, tapi dia memperjuangkannya. Dia telah bercinta, dengan realita..
.............
From: 0811xxxxxxx
06.35 WIB
Halo
Aku membaca empat huruf itu lalu aku meletakkan ponselku ketempat semula.
Tak lama aku membasuh wajahku, dengan air wudhu. Berkeluh kesah dengan sang Maha Pencipta adalah obat paling mujarab meluapkan rasa. Kerinduan dan kekecewaan...


Aku kembali ke mejaku, melihat layarnya, panggilan tak terjawab.
Maya : (menelpon balik) ada apa?
Eki : heiii
Maya : Iya, ada apa?!
Eki : kok jawabnya gitu sih
Maya : memangnya harus bagaimana?
Eki : biasanya ramah (berusaha mencairkan suasana)
Maya : ada perlu apa?
Eki : aku ada masalah, bisakah aku bertemu denganmu
Maya : aku sekarang di Surabaya. Seminggu lagi kembali. Ada masalah apa?
Eki : apakah keluargaku ada yang menghubungimu?
Maya : tidak
Eki : baiklah, aku akan menghubungimu lagi nanti
Maya : ya
Apa lagi yang dia inginkan? Aku bukan siapa-siapa yang patut dia khawatirkan akan merusak hidupnya atau kehidupan rumah tangganya. Aku hanya perempuan biasa yang berjuang hidup untuk keluargaku dan kebetulan hatiku pernah memilihnya. Ponselku berdering kembali
Eki : anakku, dia pergi setelah melihat BBM kita
Maya : kita? Kita! Memangnya apa yang salah dengan kita! , aku tak pernah menggodamu meski dengan kata-kata dalam Blackberry Messanger
Eki : Aku tegaskan sekali lagi, apa keluargaku pernah ada yang menghubungimu!
Hatiku kembali tergores, kali ini letaknya sangat dalam...
#Flashback
Maya : Paapaaaaa
Ayah : Aku mencintaimu nak, jaga adik-adikmu, jaga mama, jadilah anak yang baik
............
Eki : Aku ingin menegaskan, apa keluargaku ada yang menghubungimu!
Maya : tidak! Sudah dibilang tidak, ya tidak!
Maya : (berkata dalam hati) memang begitu kenyataannya
Maya : bawa dia pulang. Kau kan ayah yang hebat
Eki : baiklah, terimakasih
Maya : sampaikan salam sayangku pada Gaby
Eki : akan kusampaikan
Aku adalah seorang anak pernah merasakan, ayahnya pergi dengan perempuan lain dan tak pernah kembali. Kau tau? Aku tidak akan pernah membuat anak-anak lain merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan..tidak akan! aku berkutat dengan pikiranku.
.............
Aku menghempaskan nafasku, bercinta dengan hatiku, bercinta dengan kapas-kapas dilangit yang jika aku menatapnya, aku mampu melihatnya atau bahkan menyentuhnya, dengan hatiku. Aku telah bercinta...dengan bayangan bahwa dia nyata. Melepas janji-janji yang mungkin tak akan pernah terlupa...
Maya : Selamat Jalan cinta.. Mulai saat ini kita bercinta bersama mimpi-mimpi kita di alam yang tak nyata.
.............
Penghulu : saya nikahkan Abdillah Avinassetya binti ibunya dengan Maya Estianti binti bapaknya dengan maskawin seperangkat alat mandi dibayar tunai. Sah?
Orang-orang : Sah!
Sepasang insan yang telah dipersatukan tulang rusuknya oleh Tuhan saling menatap bahagia.
Apin : hari sudah malam, lagiula kita kan pengantin baru. Sudah sewajarnya kita melakukannya
Maya : baiklah, tunggulah disana
Malam telah larut, bintang berpendar, bumi bergejolak..seperti gejolak nafas kedua insan yang telah bersatu dalam keindahan..
Mereka telah bercinta...
Bercinta dalam arti yang sesungguhnya


TAMAT







Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Blogger templates

Blogroll

blog ini dibuat oleh Ramanda Galang Bryantama dan didedikasikan bagi para pembaca sekalian untuk memenuhi segala informasi seputar Bahasa dan Sastri Indonesia

Pages

Blogger templates

Pages

Menurut anda, apakah blog ini sudah memenuhi standar kelayakan blog pada umumnya?

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Copyright © PUSAT PENGETAHUAN SASTRA INDONESIA -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan